Minggu, 27 Januari 2019

Anti hipertensi


Obat antihipertensi adalah golongan obat-obatan yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Hipertensi merupakan kondisi yang sering diderita sebagian orang, ditandai dengan tekanan darah yang berada di atas level normal (lebih tinggi dari 130/80 milimeter merkuri (mmHg). Tekanan darah yang melebihi batas normal dapat menekan dinding arteri. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mengakibatkan penyakit yang lebih berbahaya seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, hingga penyakit ginjal.
Pada hipertensi yang tergolong ringan hingga sedang, dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan perbaikan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan-minuman rendah garam, berolahraga, menjaga berat badan tetap ideal, berhenti merokok, membatasi konsumsi minuman beralkohol, dan mengendalikan stress.
Obat Antihipertensi

Namun, bila perbaikan gaya hidup tidak mampu memperbaiki nilai tekanan darah, dokter akan memberikan obat. Obat-obatan antihipertensi cukup beragam dan terbagi ke dalam beberapa jenis, di antaranya:
  • ACE (angiotensin-converting enzyme inhibitors) inhibitor
  • Alpha-2 receptor agonist
  • Angiotensin II receptor blockers (ARB)
  • Antagonis kalsium (calcium channel blockers)
  • Diuretik
  • Penghambat adrenergik perifer
  • Penghambat alfa (alpha-blockers)
  • Penghambat beta (beta-blockers)
  • Penghambat renin.
Pemberian obat antihipertensi dari dokter ke pasien akan disesuaikan dengan penyebab hipertensi, tingkat keparahan, kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan, dan respons tubuh pasien terhadap obat.
Penderita hipertensi bisa hanya diberikan satu jenis obat saja untuk menurunkan tekanan darah. Namun, tidak sedikit pasien yang membutuhkan lebih dari satu atau beberapa kombinasi obat antihipertensi.

Peringatan:

  • Wanita hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat antihipertensi.
  • Harap berhati-hati jika menderita diabetes, sedang menjalani pengobatan dengan insulin, atau menderita disfungsi ereksi
  • Jangan menghentikan konsumsi obat antihipertensi secara mendadak tanpa seizin dokter.
  • Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk suplemen dan produk herba, untuk menghindari terjadinya reaksi obat yang merugikan.
  • Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan obat antihipertensi, segera temui dokter.

Efek Samping Obat Antihipertensi

Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Kebanyakan pasien dapat menoleransi obat antihipertensi dengan baik. Namun pada beberapa kasus, beberapa obat antihipertensi dapat menimbulkan sejumlah efek samping berupa:
  • Batuk
  • Sakit kepala, pusing, atau pening
  • Mual atau muntah
  • Diare atau konstipasi
  • Gugup
  • Ruam kulit
  • Lelah, lemah, mengantuk, dan kurang bertenaga
  • Berat badan turun drastis atau naik signifikan secara tiba-tiba.

Jenis-Jenis Antihipertensi

Berikut ini adalah jenis-jenis obat yang termasuk ke dalam golongan obat antihipertensi. Obat-obatan antihipertensi umumnya tersedia dalam bentuk tablet.
Untuk mendapatkan penjelasan secara rinci mengenai efek samping, peringatan, atau interaksi dari masing-masing obat antihipertensi, silahkan lihat pada 





  • ACE inhibitorACE inhibitor akan menjaga pembuluh darah terbuka lebar sehingga aliran darah masuk dengan lancar. ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat terbentuknya hormon angiotensin yaitu hormon yang memicu pembuluh darah untuk menyempit. Berikut ini obat-obatan yang termasuk ke dalam golongan ACE inhibitor:
    - Captopril
    - Enalapril
    - Lisinopril
    - Perindopril
    Ramipril
    - Trandolapril.
  • Alpha-2 receptor agonistContoh obat alpha-2 receptor agonist adalah metildopa dan clonidine. Obat ini bekerja dengan menekan aktvitas jaringan yang memproduksi hormon adrenalin, sehingga tekanan darah turun. Metildopa biasanya diberikan kepada ibu hamil yang menderita hipertensi, karena obat ini dinilai tidak terlalu membahayakan bagi ibu hamil dan janin.
  • Antagonis kalsium (calcium channel blocker)Antagonis kalsium digunakan untuk menangani hipertensi, gangguan jantung, dan gangguan pembuluh darah. Obat ini bekerja dengan menghambat jalan masuk kalsium ke dalam otot jantung dan dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan denyut jantung melambat dan pembuluh darah melebar. Nama-nama obat yang masuk ke kelompok antagonis kalsium adalah:
    Amlodipine
    - Diltiazem
    - Nicardipine
    - Nifedipine
    - Nimodipine
    - Verapamil.
  • Angiotensin II receptor blocker (ARB)ARB bekerja dengan cara menghambat kerja angiotensin atau senyawa yang membuat pembuluh darah menyempit. Hambatan pada kerja angiotensin menyebabkan pembuluh darah tetap terbuka lebar dan tekanan darah mampu diturunkan. Jenis-jenis obat ARB adalah:
    - Candesartan
    - Eprosartan
    - Irbesartan
    - Losartan
    - Olmesartan
    - Telmisartan
    Valsartan.


  • DiuretikDiuretik merupakan obat yang cukup sering digunakan untuk menangani hipertensi. Obat ini bekerja dengan membuang kelebihan garam (natrium) dan cairan di dalam tubuh untuk menormalkan tekanan darah. Jenis-jenis obat diuretik adalah:
    - Diuretik loop, seperti furosemide.
    Diuretik hemat kalium (potassium-sparing), seperti amiloride dan spironolactone.
    - Diuretik thiazide, seperti hydrochlorothiazide dan indapamide.
  • Penghambat adrenergik periferObat ini jarang diberikan kepada pasien hipertensi. Namun, apabila pengobatan dengan obat-obatan antihipertensi lain belum berhasil, maka dokter bisa menyarankan konsumsi penghambat adrenergik perifer kepada pasien. Satu-satunya jenis penghambat adrenergik perifer yang terdaftar di Indonesia ialah reserpine.
  • Penghambat alfa (alpha-blocker)Penghambat alfa bekerja dengan cara menghambat hormon katekolamin agar tidak mengikat dengan reseptor alfa. Hasilnya, sirkulasi darah berjalan lancar, jantung berdenyut secara normal, dan tekanan darah menurun. Dua jenis obat penghambat alfa ialah doxazosin dan terazosin.
  • Penghambat beta (beta-blocker)Penghambat beta merupakan golongan obat yang bekerja dengan menghambat hormon adrenalin, sehingga tekanan darah turun. Penghambat beta dibagi menjadi dua yakni selektif dan nonselektif. Jenis obat penghambat beta selektif meliputi atenolol, bisoprolol, metoprolol, dan nebivolol. Sedangkan contoh penghambat beta nonselektif adalah carvedilol dan propranolol.
  • Penghambat reninPenghambat renin merupakan obat antihipertensi yang lebih baru penemuannya dibandingkan jenis antihipertensi lain. Obat ini bekerja dengan menghambat senyawa kimiawi di dalam tubuh yang disebut renin. Seperti obat-obat antihipertensi lain, penghambat renin bekerja dengan melebarkan pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun. 


Sabtu, 26 Januari 2019

Anti Biotik



Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu.
Antibiotik
Pada dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan sendirinya, sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak perlu. Namun, ketika infeksi bakteri yang diderita tidak kunjung membaik, dokter dapat meresepkan antibiotik. Selain keparahan kondisi, terdapat juga beberapa pertimbangan lain sebelum akhirnya pasien diberikan antibiotik, yakni:
  • Infeksi yang diderita adalah infeksi menular.
  • Terasa mengganggu dan diduga membutuhkan waktu lama untuk sembuh dengan sendirinya.
  • Terdapat risiko tinggi menyebabkan komplikasi.
Penggunaan antibiotik harus dengan anjuran dokter. Dokter akan menyesuaikan dosis dengan kondisi pasien, memberitahukan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan saat menggunakan obat, serta efek samping yang dapat terjadi atas penggunaan antibiotik.
Hindari penggunaan antibiotik tanpa anjuran dokter, terutama bagi:
  • Ibu hamil dan menyusui.
  • Tengah dalam pengobatan lain.
  • Memiliki riwayat alergi antibiotik.
Antibiotik juga dapat diberikan sebagai langkah pencegahan infeksi bakteri atau dalam dunia medis dikenal sebagai profilaksis. Orang-orang yang diberikan antibiotik untuk profilaksis adalah orang yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi bakteri, seperti ketika orang tersebut menjalani operasi glaukoma atau operasi penggantian sendi.


Jenis-jenis Antibiotik

Antibiotik terbagi menjadi beberapa jenis, dan masing-masing digunakan untuk mengatasi kondisi yang berbeda. Jenis-jenis antibiotik meliputi:

Penisilin

Penisilin digunakan untuk banyak kondisi akibat adanya infeksi bakteri, beberapa di antaranya adalah infeksi Streptococcus, meningitis, gonore, faringitis, dan juga untuk pencegahan endocarditis. Terutama pada penderita atau memiliki riwayat gangguan ginjal, akan lebih baik penggunaan penisilin melalui anjuran dan pengawasan dokter.

Penisilin tersedia dalam berbagai bentuk, seperti kaplet, sirop kering, dan suntikan. Masing-masing bentuk obat dapat digunakan untuk kondisi yang berbeda. Baca keterangan yang ada di kemasan dan konsultasikan penggunaan obat dengan dokter.
Berikut adalah jenis-jenis antibiotik penisilin:

Sefalosporin

Sefalosforin tersedia dalam bentuk suntik, tablet, dan sirop kering. Konsultasikan dengan dokter terkait cara penggunaan obat, karena beda bentuk obat dapat berbeda pula kondisi yang ditangani.
Beberapa kondisi yang diobati menggunakan sefalosporin, di antaranya adalah infeksi tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih. Obat ini berpotensi menimbulkan efek samping berupa sakit kepala, nyeri pada dada, bahkan syok. Penggunaan sefalosporin harus dengan anjuran dan pengawasan dokter.
Jenis-jenis sefalosporin meliputi:
  • Cefadroxil
  • Cefuroxime
  • Cefotaxim
  • Cefotiam
  • Cefepime
  • Ceftarolin

Aminoglikosida

Aminoglikosida adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi banyak penyakit infeksi bakteri, seperti otitis eksterna, infeksi kulit, dan peritonitis. Penggunaan aminoglikosida harus dengan anjuran serta pengawasan dokter, karena obat ini berpotensi menimbulkan efek samping berupa gangguan kesadaran.
Aminoglikosida tersedia dalam banyak bentuk, di antaranya adalah salep, tetes mata, dan suntik. Masing-masing bentuk obat dapat diresepkan untuk kondisi yang berbeda. Sebelum menggunakan obat, pasien disarankan untuk membaca keterangan cara penggunaan yang ada di kemasan obat.
Jenis-jenis aminoglikosida meliputi:
  • Paromomycin
  • Tobramycin
  • Gentamicin
  • Amikacin
  • Kanamycin
  • Neomycin

Tetrasiklin

Tetrasiklin tersedia dalam berbagai macam bentuk obat, yakni salep, salep mata, kapsul, dan suntik.
Tetrasiklin digunakan untuk mengobati berbagai macam kondisi yang muncul akibat adanya infeksi bakteri. Beberapa di antaranya adalah sifilis, anthrax, tifus, brucellosis, dan jerawat. Tetrasiklin tertentu tidak dapat digunakan pada anak usia di bawah 12 tahun. Jangan menggunakan tetrasiklin tanpa anjuran dokter.
Jenis-jenis tetrasiklin meliputi:
  • Doxycycline
  • Minocycline
  • Tetracycline
  • Oxytetracycline
  • Tigecycline

Makrolid

Beberapa kondisi yang diobati menggunakan antibiotik makrolid adalah bronkitis, servisitis, penyakit Lyme, pemfigus, dan sinusitis. Makrolid sendiri tersedia dalam banyak bentuk, yakni tablet, kaplet, sirop kering, dan suntik.
Beberapa jenis makrolid tidak dapat digunakan bersamaan dengan obat seperti cisapride. Dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan makrolid atau mengombinasikannya dengan obat lain.
Jenis-jenis makrolid meliputi:

Quinolone

Quinolone memiliki bentuk yang berbeda, dan dengan indikasi yang berbeda. Bentuk obat ini, di antaranya adalah tablet, suntik, dan kaplet.
Quinolone digunakan untuk mengatasi banyak kondisi yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa di antaranya adalah infeksi tulang, cystitis, servisitis, dan infeksi kulit. Penggunaan quinolone dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan pada sistem saraf pusat. Maka dari itu, jangan gunakan obat ini tanpa anjuran dokter.
Jenis-jenis quinolone meliputi:




Anti histamin


Antihistamin adalah kelompok obat-obatan yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi, seperti rinitis alergi, reaksi alergi akibat sengatan serangga, reaksi alergi makanan, urtikaria atau biduran. Tidak hanya alergi, antihistamin juga kerap digunakan untuk mengatasi gejala mual atau muntah yang biasanya diakibatkan oleh mabuk kendaraan.
Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Zat histamin, pada dasarnya berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak berbahaya bagi tubuh, misalnya debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk ke tubuh.
Ada dua jenis antihistamin, yaitu antihistamin generasi pertama dan generasi kedua. Antihistamin generasi pertama lebih menyebabkan rasa kantuk dibandingkan dengan generasi kedua.
Obat-obat antihistamin generasi pertama adalah:
  • Chlorpheniramine
  • Cyproheptadine
  • Hydroxyzine
  • Ketotifen
  • Promethazine
Sedangkan obat-obat antihistamin generasi kedua adalah:
  • Desloratadine
  • Fexofenadine
  • Levocetirizine
  • Cetirizine
  • Loratadine.
antihistamin-alodokter

Peringatan:

  • Ibu hamil, ibu menyusui, atau wanita yang sedang merencanakan kehamilan, perlu menyesuaikan jenis dan dosis antihistamin menurut anjuran dokter.
  • Hati-hati jika ingin memberikan antihistamin pada anak-anak. Penggunaan tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda dan disesuaikan dengan usia.
  • Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini jika menderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan glaukoma.
  • Jika diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari mengonsumsi zat alkohol atau minuman beralkohol karena dapat memperparah efek rasa kantuk.
  • Beri tahu dokter jika sedang menggunakan antihistamin bersama dengan obat-obatan lainnya, termasuk produk herba, karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan.
  • Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Efek Samping Antihistamin

Sama seperti obat-obat lain, obat antihistamin juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang umumnya terjadi setelah mengonsumsi obat antihistamin ini adalah:
  • Mengantuk
  • Mulut kering
  • Disfagia
  • Pusing
  • Sakit kepala
  • Nyeri perut
  • Sulit buang air kecil
  • Mudah marah
  • Penglihatan kabur.

Jenis-Jenis, Merek Dagang, serta Dosis Antihistamin
Berikut ini dosis antihistamin berdasarkan jenis-jenis obatnya. Sebagai informasi, penggunaan masing-masing jenis obat ini dilarang bagi kelompok usia yang tidak disebutkan di dalam kolom dosis.
Jenis obat-obatan antihistamin generasi pertama:
Jenis ObatMerek DagangBentuk ObatKondisiDosis
BrompheniramineAlco Plus, Alco Plus DMP, Ares Cold & Allergy, Ares Cold & CoughSiropAlergiAnak usia 13 tahun hingga dewasa: 4 mg tiap 4-6 jam.Anak usia 7-12 tahun: 2 mg tiap 4-6 jam.Anak usia 2-6 tahun: 1 mg tiap 4-6 jam.
ChlorpheniramineAlpara, Brontusin, Ceteem, Chlorphenamine Maleate, Dextral, Etaflusin, Lodecon, Omecold, Pacdin Cough, TilomixTablet, sirop, suspensiAlergiDewasa: 4 mg tiap 4-6 jam, maksimal 24 mg per hari.Anak usia 1-2 tahun:  1 mg, dua kali sehari.Anak usia 2-5 tahun: 1 mg tiap 4-6 jam.Anak usia 6-12 tahun: 2 mg tiap 4-6 jam.(Dosis maksimal untuk usia 1-5 tahun adalah 6 mg per hari dan untuk usia 6-12 tahun adalah 12 mg per hari).
CyproheptadineBimatonin, Cydifar, Ennamax, Erphacyp, Graperide, Heptasan, Lexahist, Nebor, Poncohist, PronamTabletAlergiDewasa: 12-16 mg per hari dibagi ke dalam 3-4 kali dosis. Dosis maksimal adalah 32 mg per hari.Anak usia 2-6 tahun: 2 mg, 2-3 kali per hari. Dosis maksimal 12 mg per hari.Anak usia 7-14 tahun: 4 mg, 2-3 kali per hari. Dosis maksimal 16 mg per hari.
MigrainDewasa: 4 mg, dapat diulang kembali setelah 30 menit. Dosis tidak melebihi 8 mg dalam kurun 4-6 jam. Dosis pemeliharaan adalah 4 mg tiap 4-6 jam.
HydroxyzineBestalinTablet, siropGatal-gatal (pruritus) dan urtikariaDewasa: Dosis awal adalah 25 mg yang dikonsumsi pada malam hari. Atau 25 mg, 3-4 kali per hari jika diperlukan.Anak usia 6 bulan-6 tahun: Dosis awal adalah 5-15 mg per hari, ditingkatkan menjadi 50 mg per hari yang dibagi beberapa kali dosis.Anak usia 7 tahun atau lebih: Dosis awal adalah 15-25 mg per hari, ditingkatkan menjadi 50-100 mg per hari yang dibagi  dalam beberapa dosis.
KetotifenAstifen, Ditensa, Intifen, Profilas, Scanditen, Tosma, ZaditenTablet, SiropRinitis alergiAnak usia 3 tahun hingga dewasa: 1 mg, 2 kali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 2 mg, dua kali sehari jika diperlukan.
PromethazineBerlifed, Erpha Allergil, Halfilyn, Hufallerzine expectorant, Nufapreg, Phenerica, Prome, Promedex, Promethazine, ZenirexTablet, sirop (promethazine hydrochloride)AlergiDewasa: 25 mg yang dikonsumsi pada malam hari. Dapat ditingkatkan menjadi 25 mg, dua kali sehari jika diperlukan.Anak usia 2-5 tahun: 5-15 mg per hari, dibagi menjadi 1-2 kali dosis.Anak usia 6-10 tahun: 10-25 mg, dibagi menjadi 1-2 kali dosis per hari.
Jenis obat-obatan antihistamin generasi kedua:
Jenis ObatMerek DagangBentuk ObatKondisiDosis
CetirizineBerzin, Cetirizine, Cetirizine Hydrocholride, Esculer, Estin, Gentrizin, Intrizin, Lerzin, Ritez SimzenTablet, tablet kunyah, sirop, Drops (Tetes oral)AlergiDewasa: 10 mg, sekali per hari atau 5 mg, 2 kali per hari.Bayi usia 6-23 bulan: 2,5 mg, sekali per hari yang dapat ditingkatkan hingga dosis maksimal 2,5 mg, 2 kali per hari untuk bayi usia 12 bulan ke atas.Anak usia 2-5 tahun: 5 mg, 1-2 kali per hari.Anak usia 6 tahun atau lebih: 10 mg, 1-2 kali per hari.Lansia: Dosis awal 5 mg, sekali per hari.
DesloratadineAerius, Aerius D-12, Aleros, Altera, Desdin, Desloratadine, Destavell, Eslor, SimdesTablet, siropAlergiDewasa: 5 mg, sekali per hari.Bayi usia 6-11 bulan: 1 mg, sekali per hari.Balita usia 1-5 tahun: 1,25 mg, sekali per hari.Anak usia 6-11 tahun: 2,5 mg, sekali per hari.
FexofenadineFoxofed, Fexoven OD, Telfast, Telfast BD, Telfast HD, Telfast OD, Telfast PlusTabletRinitis AlergiAnak usia 12 tahun hingga dewasa: 120 mg, satu kali per hari.Anak usia 6-11 tahun: 30 mg, dua kali per hari.
UrtikariaAnak usia 12 tahun hingga dewasa: 180 mg, satu kali per hari.
LevocetirizineAvocel, Levocetirizine Dihydrochloride, L-Falergi, XyzalTabletRinitis alergiDewasa: 2,5-5 mg, sekali per hari, dikonsumsi pada malam hari.Anak usia 2-5 tahun: 1,25 mg, sekali per hari, dikonsumsi malam.Anak usia 6-11 tahun: 2,5 mg, sekali per hari, dikonsumsi malam.Anak usia 12 tahun atau lebih: 2,5-5 mg, sekali per hari, dikonsumsi malam.
UrtikariaDewasa: 2,5-5 mg, sekali per hari dikonsumsi malam.Bayi usia 6 bulan-5 tahun: 1,25 mg, sekali per hari.Anak usia 6-11 tahun: 2,5 mg, sekali per hari, dikonsumsi malam.Anak usia 12 tahun atau lebih: 2,5-5 mg, sekali per hari, dikonsumsi malam.
LoratadineAlernitis, Alloris, Klinset, Loratadine, Miratadin, Rahistin


Tablet, siropAlergi

Antasida





Antasida (antacid) adalah obat yang digunakan untuk menetralkan kadar asam di dalam lambung. Pada dasarnya lambung membutuhkan asam yang berperan pada proses pencernaan serta membunuh bakteri berbahaya yang ada di makanan. Namun, ketika lambung terlalu banyak mengandung asam, kondisi tersebut dapat menimbulkan sakit maag, dengan gejala berupa nyeri ulu hati, sering bersendawa, dan perut kembung.
Antasida bekerja dengan menurunkan kadar asam di dalam lambung. Berdasarkan bahan pembentuknya, obat ini terbagi menjadi beberapa jenis, yakni:
Masing-masing jenis antasida di atas pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Di beberapa produk, antasida juga dicampurkan bahan lain, misalnya simethicone. Penggunaan antasida akan lebih baik jika dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter.
Merek dagangPromag, Mylanta, Polysilane, Magtral, Antasida Doen, Gastran, Simeco, Maag Gel, Konimag, Gastromag, Gestrig



Tentang Antasida

GolonganAntasida
KategoriObat bebas
ManfaatMenetralkan asam lambung
Dikonsumsi olehDewasa dan anak-anak
Kategori kehamilan dan menyusuiBagi ibu hamil dan menyusui, antasida tergolong aman selama penggunaannya masih sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Sebisa mungkin tidak menggunakan obat tanpa anjuran dokter.
Bentuk obatSuspensi, tablet dan kaplet kunyah

Peringatan:

  • Jangan berikan antasida pada anak-anak di bawah 12 tahun tanpa anjuran dokter. Beberapa produk antasida tidak diperuntukkan bagi anak usia
  • Hati-hati dalam menggunakan antasida jika sedang atau pernah menderita tukak lambung, perdarahan, penyakit hati, penyakit ginjal, atau penyakit jantung.
  • Penggunaan antasida oleh pasien berusia di atas 60 tahun harus dengan anjuran dan pengawasan dokter.
  • Beberapa jenis antasida mengandung natrium atau sodium (garam) tinggi. Hati-hati jika Anda tengah menjalankan diet rendah garam, memiliki tekanan darah tinggi, atau menderita sirosis.
  • Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk suplemen dan produk herba.
  • Segera temui dokter apabila terjadi reaksi alergi atau overdosis.

Dosis dan Cara Mengonsumsi Antasida dengan Benar

Dosis antasida (antacid) berbeda pada tiap orang, disesuaikan dengan kondisi dan umur pasien. Ikuti keterangan yang ada di kemasan dan konsultasikan dengan dokter terkait dosis yang tepat juga cara penggunaan obat secara lengkap.
Antasida tersedia dalam bentuk suspensi, serta tablet dan kaplet kunyah. Untuk antasida bentuk tablet dan kaplet kunyah, konsumsi obat dengan mengunyahnya terlebih dahulu sebelum ditelan, dan minum air putih setelahnya.
Pada antasida suspensi, kocok obat sebelum digunakan. Pakai alat penakar yang tersedia pada kemasan atau yang diberikan dokter. Hindari menggunakan alat penakar obat sendiri, misalnya sendok makan. Hal itu dapat memengaruhi efektivitas obat karena dosis tidak sesuai dengan anjuran.
Antasida, baik tablet dan kaplet kunyah, atau pun suspensi, digunakan ketika gejala muncul atau terasa akan muncul. Umumnya, antasida dikonsumsi saat atau segera setelah makan.

Jika gejala tidak kunjung membaik, muncul reaksi alergi, atau mengalami overdosis, segera temui dokter.

Interaksi Obat

Antasida dapat menimbulkan interaksi jika digunakan bersamaan dengan obat tertentu, di antaranya:
  • Mengganggu penyerapan tetrasiklin, penisilin, sulfanomida, digoxin, indometacin, naproxen, phenylbutazone, quinidine, dan vitamin.
  • Meningkatkan penyerapan vitamin C.

Efek Samping Antasida

Efek samping antasida (antacid) jarang terjadi. Efek samping penggunaan obat ini dapat berupa:
  • Diare
  • Perut kembung
  • Mual dan muntah
  • Kram perut
  • Sembelit
Jika gejala tidak kunjung membaik, muncul reaksi alergi, atau mengalami overdosis, segera temui dokter.




Analgetik-Antipiretik

Analgetik-Antipiretik


Analgetik dan antipiretik adalah kombinasi golongan obat yang umumnya digunakan untuk meredakan gejala demam dan meredakan rasa nyeri yang dialami pada infeksi, peradangan otot dan sendi, serta dysmenorrhea.
Terdapat 3 jenis obat yang masuk dalam golongan analgetik dan antipiretik, yaitu:
  • Salisilat, seperti aspirin.
  • Paracetamol.
  • Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen, naproxen sodium, dan ketoprofen.

Peringatan:

Untuk penggunaan obat jenis analgetik-antipiretik, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter apabila:
  • Memiliki riwayat penyakit atau rentan mengalami sakit maag, tukak lambung, asma, dehidrasi, hipertensi, gagal jantung, gangguan ginjal, gangguan hati, dan hemofilia.
  • Memiliki alergi pada obat atau zat tertentu.
  • Akan memberikan obat ini kepada lansia atau anak-anak.
  • Akan menjalani tindakan operasi atau perawatan gigi.
  • Kecanduan alkohol.
  • Sedang mengonsumsi obat-obatan, seperti kortikosteroid, phenylbutazone, phenytoin, spironolactone, antikoagulan, methotrexate, obat untuk diabetes, antasida, dan asam valproat.
  • Sedang hamil dan menyusui. Paracetamol merupakan pilihan pertama untuk dikonsumsi saat kehamilan, dibandingkan obat golongan analgetik-antipiretik lainnya. Untuk ibu menyusui, paracetamol dan ibuprofen dianggap aman terhadap bayi.

Jenis-jenis, Merek Dagang, serta Dosis Analgetik-Antipiretik

Berikut adalah jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan analgetik-antipiretik.
Untuk mendapatkan penjelasan secara lebih detail mengenai efek samping, peringatan atau interaksi dari masing-masing obat, silahkan lihat pada Obat A-Z.







Jenis obatNama obatMerek DagangDosis
SalisilatAspirinAspilets, Astika, Farmasal, Miniaspi, Thrombo aspiletsPemasangan ringDewasa: 325 mg, 2 jam sebelum tindakan dilakukan, dilanjutkan dengan 160-325 mg per hari pasca pemasangan.Demam dan nyeri ringan hingga sedangDewasa: 325-650 mg setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 4000 mg per hari.Pemulihan pasca serangan jantungDewasa: 75-325 mg sekali sehari.Juvenile rheumatoid arthritisAnak-anak: 80-100 mg/kgBB/hari, 5-6 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga 130 mg/kgBB/hari pada kondisi akut.Nyeri atau peradanganpada sendi dan ototDewasa: Dosis awal adalah 2400-3600 mg per hari, dengan dosis yang dapat dibagi. Dosis jangka panjang adalah 3600-5400 mg per hari.

Jenis ObatNama ObatMerek DagangDosis
ParacetamolParacetamolBiogesic, Eterfix, Fevrin, Kamolas, Naprex, Ottopan, Panadol, Pehamol, Pyrexin, Sanmol, Tamoliv, Cetapain, Farmadol, Ikacetamol, Moretic, Nofebril, Pamol, Praxion, Pyridol, Sumagesic, TempraDemam dan nyeri ringan hingga sedangDewasa: 500-1000 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 4000 mg per hari.
Anak-anak (dosis maksimal adalah 4 kali sehari)
  • 3-<6 bulan: 60 mg.
  • 6 bulan-<2 tahun: 120 mg.
  • 2-<4 tahun: 180 mg.
  • 4-<6 tahun: 240 mg.
  • 6-<8 tahun: 240-250 mg.
  • 8-<10 tahun: 360-375 mg.
  • 10 – <12 tahun: 480-500 mg.
  • 12-16 tahun: 480-750 mg.
Demam dan nyeri ringan hingga sedang (obat rektal)Anak-anak (diberikan tiap 4-6 jam sekali, atau 4 kali sehari sesuai kondisi)
  • 3 bulan - <1 tahun: 60-125 mg.
  • 1 - <5 tahun: 125-250 mg.
  • 5-12 tahun: 250-500 mg
Demam pasca imunisasi (obat oral atau rektal)Anak-anak (2-3 bulan): 60 mg sekali sehari. Jika diperlukan, dosis kedua dapat diberikan setelah 4-6 jam berikutnya.

Jenis obatNama obatMerek dagangDosis
Obat Antiinflamasi Non Steroid (OAINS)IbuprofenArfen, Brufen, Farsifen, Iprox, Proris, Prosinal, Spedifen, Arthrifen, Bufect, Farsifen, Ostarin, Prosic, Rhelafen, YarivenDemamDewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau 2400 mg per hari dalam pengawasan dokter.
Anak-anak (6 bulan-12 tahun): 10 mg/kgBB per kali pemberian, 2-3 kali sehari. Dosis maksimal adalah 40 mg/kgBB per hari. Nyeri ringan hingga sedangDewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau 2400 mg per hari dalam pengawasan dokter.
Anak-anak: 4-10 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 2-3 kali sehari.Juvenile rheumatoid arthritisAnak-anak: 30-40 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 2400 mg per hari.Osteoarthritis dan rheumatoid arthritisDewasa: 400-800 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 3200 mg per hari.Nyeri haidDewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau 2400 mg dalam pengawasan dokter.      
NaproxenXenifarNyeri haid, nyeri sendi dan ototDewasa: diawali 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6-8 jam. Dosis maksimal adalah 1100 mg per hari.Nyeri sendi akibat penyakit asam uratDewasa: Dosis awal adalah 750 mg, dan dilanjutkan dengan 250 mg per 8 jam.Juvenile idiopathic arthritisAnak-anak > 5 tahun: 10 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 kali jadwal konsumsi.
KetoprofenAltofen, Lantiflam, Nazovel, Pronalges, Rhetoflam, Kaltrofen, Nasaflam, Profika, Remapro, ProfenidNyeri dan peradanganDewasa: 25-50 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 300 mg per hari.Nyeri dan peradangan (obat rektal)Dewasa: 100 mg setiap malam, atau 2 kali sehari. Dosis maksimal bersamaan dengan obat oral adalah 200 mg per hari.Pereda nyeri (obat topikal)Dewasa: Oleskan gel kandungan 2,5% ke bagian yang nyeri, 2-4 kali sehari selama 10 hari.
EtodolacLonenePereda nyeriDewasa: 200-400mg, 2-3 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1000 mg per hari.Osteoarthritis dan rheumatoid arthritisDewasa: 600-1000 mg per hari dengan pembagian dosis sesuai respon tubuh.
DiclofenacDiclofenac potassium, X-flam, Neo rheumacyl anti inflamation, Erphafalm, Exaflam, Diklovit, Cataflam, Mezac 50, Aclonac, Gratheos, Klotaren, Potaflam 50, Flamar, Voltadex, Kadiflam, Raost, Dicloflam, Flazen, Neuralgin rhema, Neurofenac, Nichoflam, Zelona, Laflanac, Voltados 50, Volten, Galtaren, Fenavel, Fenaren, Kaflam, Voren, Renadinac, Voltaren, Genflam 50, Divoltar, Miracloven, Imoren, Megatic, Scanaflam, Scantaren 50, Flamigra, Samcofenac 50, Natrium diklofenak, Aclonac, Xepathritis, Eflagen, Potazen, Matsunaflam 50, Kemoren 50, Nilaren, Difelin, Scantaren gel Prostanac 50, Nadifen, Merflam, Inflam 50, Voltaflam, Anuva, Atranac, Bufaflam, Proklaf, Deflamat, Flamenac, Kaditic 50, Valto forte, Elithris 50, Catanac, Yariflam, Voltasic, Zegren 50, VorenMigrainDewasa: 50 mg saat terjadi serangan, dan 50 mg setelah 2 jam. Jika diperlukan, dosis dapat diulang setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 200 mg per hari.Nyeri sendi dan nyeri haidDewasa: 75-150 mg per hari, dengan dosis yang dibagi sesuai kondisi pasien. Dosis maksimal adalah 150 mg per hari.Nyeri sendi dan nyeri haid (obat rektal)Dewasa: 100 mg sekali sehari.Actinic keratosis (obat topikal)Dewasa: Oleskan gel kandungan 3% pada kulit, 2-3 kali sehari selama 60-90 hari.Osteoarthritis (obat topikal)Dewasa: Oleskan gel kandungan 1% pada daerah yang nyeri, 4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 32 g per hari.Nyeri dan peradangan (obat topikal)Dewasa: Oleskan gel kandungan 1% di daerah yang nyeri, 3-4 kali sehari.
Peradangan pasca operasi mata (obat tetes mata)Dewasa: Teteskan 1 tetes obat kandungan 0,1%, 4 kali sehari, setelah 24 jam pasca operasi, selama 28 hari.
Nyeri dan peradangan pasca operasi mata juling (obat tetes mata)Dewasa: Teteskan 1 tetes obat kandungan 0,1%, 1-4 kali sehari pada minggu pertama, 3 kali sehari pada minggu kedua, 2 kali sehari pada minggu ketiga, dan bila masih diperlukan pada minggu keempat.
Nyeri dan peradangan pasca operasi kornea radial keratotomy(obat tetes mata)Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 1 tetes sebelum operasi dan 1 tetes langsung setelah operasi. Lanjutkan dengan penggunaan 1 tetes, 4 kali sehari, selama 2 hari.
Nyeri pasca trauma (obat tetes mata)Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 1 tetes 4 kali sehari, selama 2 hari.
Pengobatan peradangan pasca argon laser trabeculoplasty (obat tetes mata)Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 4 kali 1 tetes selama 2 jam sebelum prosedur, dan 1 tetes empat kali sehari selama 7 hari setelahnya.
Persiapan intra-operative miosis (obat tetes mata)Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 4 kali 1 tetes selama 2 jam sebelum operasi.
Nyeri pasca tindakan photorefractive keratectomy (obat tetes mata)Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 2 kali 1 tetes selama 1 jam sebelum tindakan dan 2 kali 1 tetes setiap 5 menit setelah tindakan. Lanjutkan dengan meneteskan setiap 2-5 jam selama 24 jam pasca tindakan.
PiroxicamOvtelis, Novaxicam, Piroxicam, Feldene, Selmatic, Fleroxi, Xicalom, Faxiden, Artimatic 20, Rheficam, Denicam, Scandene, Tropidene, Roxidene 20, Licofel, Lexicam, Counterpain PXM, Lanareuma, Wiros, Kifadene, Pirofel, Omeretik, Triadene 20, Maxicam, Miradene, Infeld, Rosic, Benoxicam 20, Feldco, Grazeo 10, Grazeo 20, Samrox 20, Rexil, Yasiden, Campain, Rodene 20Ankylosing spondylitisOsteoarthritisRheumatoid arthritisDewasa: 20 mg sekali sehari, atau dibagi jika diperlukan.Nyeri dan peradangan (obat topikal)Dewasa: Oleskan gel 0,5% pada area yang terasa nyeri, 3-4 kali sehari.
NabumetoneGoflexNyeri dan peradanganDewasa: 1000 mg setiap malam, dengan dosis tambahan 500-1000 mg yang dapat diberikan pada pagi hari jika diperlukan. Dosis maksimal adalah 2000 mg per hari, dibagi dalam 1-2 kali konsumsi. Pasien dengan berat badan dibawah 50 kg dan lansia disarankan mengonsumsi maksimal 1000 mg per hari.
MeloxicamMeloxicam, Cameloc, Flamoxi, Genxicam, Melogra, Artrilox, Hufaxicam, Nulox forte, Oxcam, Melet, Relox, Flasicox 15, Melocid, Ostelox, Loxil, Melicam, Hexcam, Nucoxi 7.5, Loximei, Denilox, Arimed, Futamel, Mecox, Mexpharm, Movi-cox, Moxam, X-cam, Rhemacox, Mixlocon, Mobiflex, Mevilox, Meloxin, Moxam, Artocox, Movix.OsteoarthritisDewasa: 7,5 mg sekali sehari, dengan dosis maksimal 15 mg per hari.Rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitisDewasa: 15 mg sekali sehari.
Lansia: 7,5 mg sehari, untuk jangka panjang.Juvenile rheumatoid arthritisAnak 2 tahun ke atas: 0,125 mg/kgBB sekali sehari, dengan dosis maksimal 7,5 mg per hari.
KetorolacKetorolac, Torasic, Redupain, Metopain, Toramine, Trolac, Ketoflam, Rindopain, Erphapain, Scelto, Ketosic, Etofion, Lactopain, Lactor, Quapain, Ketopain, Ketrobat 30, K-pain, Matolac, Xevolac, Dolac, Rativol, Teranol, Latorec, Lactorec 30, Ropain, Farpain, Rolac, Erphain, Acular, Remopain, Lantipain, Latrol, Ketrobat, Torgesic, Quapain, Rindopain, Topidol.Nyeri pasca operasiDewasa: 20 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10mg setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 40 mg per hari, selama 5 hari.
Lansia: 10 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10 mg setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 40 mg per hari.Gatal akibat konjungtivitisalergi (obat tetes mata)Dewasa: Teteskan 1 tetes obat 0.5% pada mata yang mengalami peradangan, 4 kali sehari.Pasca operasi katarak(obat tetes mata)Dewasa: Teteskan 1 tetes obat 0.5%, 4 kali sehari selama 24 jam pasca operasi, dapat diteruskan hingga 1-2 minggu setelahnya.
Asam menefamatAllogon, Datan, Femisic, Maxstan, Pehastan, Ponstan, Tropistan, Asimat, Dogesic, Lapistan, Mefinal, Poncofen, Solasic.Nyeri sedang hingga berat, sakit giginyeri pasca operasi, rheumatoid arthritisosteoarthritisnyeri haidDewasa: 500 mg, 3 kali sehari.
Anak-anak di atas 6 tahun: 25 mg/kgBB per hari.
Bagi yang membutuhkan penanganan dengan menggunakan obat-obaan analgetik-antipiretik dalam bentuk suntik, dosis akan disesuaikan oleh dokter di klinik atau rumah sakit sesuai kondisi pasien.

Sumber : https://www.alodokter.com/analgetik-antipiretik